Party Sex dengan tetangga baruku

 

Cerita Dewasa - Party Sex dengan tetangga baruku bermula saat istri saya Ria penasaran dengan yang namanya sensasi sex jika dilakukan bersama-sama dengan pasangan lainnya mungkin lebih menyenangkan, Apalagi istriku Ria mengijinkanku untuk mencoba bertukas pasangan dengan wanita lain yang mengikuti acara party.

Padahal selama berumah tangga selama beberapa tahun, aku dan istriku sudah berusaha untuk menjaga perasaan antara aku dan dia. Tapi karena sex dengan pasangan lainnya atas ijin istriku apa boleh buat kan lumayan untuk menyicipiiin mmek wanita lain.

Party Sex Dengan Tetangga Baruku

Kehadiran tetangga baru yang mengundang kami untuk mengikuti acara selametan sebagai warga baru di komplex perumahan ***xxx** dan semua berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan hingga acara tersebut selesai. Ke-esokan harinya istri dari tetangga baruku sedang melakukan aktifitas senam zoomba bersama ibu-ibu komplex lainnya, Mulai dari situ perasaan sekaligus nafsu birahiku mulai muncul dan ingin mencoba sesekali berhubungan intim dengan istri tetangga baru ku itu tapi tanpa sepengetahuan istriku.

Agak tergoyah dengan hadirnya tetangga baru ku. Singkat cerita kami-pun akrab, entah saat itu siapa yang mulai, initinya dalam waktu dekat kami sudah sangat akrab. Dikarenakan tetangga baruku itu juga baru saja menikah, wajar jika sang istri merasa kesepian dan ingin mencari teman untuk sekedar mengobrol sepertinya lantaran sering ditinggal suami pergi bekerja. Mereka adalah Hanif dan istrinya bernama Icha.

Karena istri dari tetangga baru ini, bisa-bisa gelar setia saya bisa tergoyah nih,hhe. Body-nya itu loh, Uhhhhh… tubuhnya yang indah dan seksi banget. Alasan mereka pindah ke sini katanya karena suaminya ditugaskan untuk menanggung jawabin kantor cabang di dekat tempat tinggal kami saat ini.

Saya dan istri saya biasa memanggil mereka dengan sebutan Mas Hanif dan Mba Icha.
Bisa dibilang saat ini kami sudah seperti saudara saja, karena hampir setiap hari kami mengobrol di teras rumahnya atau sebaliknya. Saat itu pada suatu malam, seperti biasa saya bertamu ke rumah tetangga baru kami. Disana kami mengobrol panjang lebar dari A sampai Z.

Setelah kami selesai mengobrol panjang lebar, tiba-tiba Hanif menawarkan saya untuk nonton Film Porno yang ucap-nya baru dipinjamnya dari temannya saat itu. saat itu saya-pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film pornotentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba istri Hanif ikut menonton Film itu bersama kami, dan saya berkata,

“ Wah, ini gimana ini Nif.. ?”, ucapku kaget.

“ Udah Mas tenang aja, inikan cuma tontonan Mas, lagian nggak bisa dipegang jugakan Mas.hhe ”, ucap Icha sembari tertawa kecil.

Belum sempai aku menjawabnya Icha sudah menimpa perkatataanya lagi,

“ Kalau Mas Bobi nggak keberatan, Mbak Ria diajak sekalian aja mas, hhe…”, ucapnya menyebut istri saya. Saya tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya saya pamit sebentar untuk memanggil istri saya yang tinggal sendirian di rumah.

“ Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga.. ?”. Ujar istri saya ketika kuajak.
Pada akhirnya saya malu juga sama istri saya, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Hanif. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun.


Paginya saya tidak bertemu Hanif, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya saya hanya melihat istrinya sedang minum teh. Ketika saya lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam.

Saya bilang Ria tidak mau kuajak sehingga saya langsung saja tidur. Matsaya jelalatan menatapinya. Busyet.., Dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodsaya. Tapi ah.., mereka kan tetangga saya. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, saya kembali ke rumah menemui istri saya.


Seperti biasanya kalau sudah begini saya langsung menarik istri saya ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Ria tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini saya benar-benar gila. Saya bergulat dengan istri saya seperti kesetanan. Kemaluan Ria kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai istri saya menjerit. Edan, kok saya sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.

Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Istri saya sampai terengah-engah menikmati apa yang kulsayakan terhadapnya. Ria langsung memegang Penisku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan,

“ Mas.., sekarang Mas..!”, pinta istri saya memelas.
Akhirnya saya mendekatkan Penisku ke liang kemaluan Ria. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang. Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba istri saya bertanya,

“ Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..? “, ucap istri saya.
Saat itu tidak menjawan dan saya hanya diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Icha lah yang menaikkan biraiku pagi ini. Sorenya Hanif datang ke rumahku,

“ Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya.. ?”, tanyanya setelah kami berbasa-basi.

“ Maksudmu apa Nif.. ?”, tanya saya.

“ Istri saya tadi cerita, ucapnya tadi pagi dia melihat Mas Hanif dan Mbak Ria bergulat setelah ngobrol dengannya “, ucap

Loh, saya heran, dari mana Icha nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan. Saat itu Hanif langsung menambahkan,

“ Nggak usah malu Mas, saya juga maniak sex Mas.”, ucapnya tanpa malu-malu.

“ Begini saja Mas,”, tanpa harus memahami perasaanku, Hanif langsung melanjutkan,

“ Saya-punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara.. ?”,, .

“ Acara apa Nif.. ?”, tanya saya penasaran.

“ Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana.. ?”,, .

“ Pesta apaan..? Gila kamu.”,

“ Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refreshing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya.. ?”,, .

Malamnya, menjelang pukul 08.00 malam, Hanif-pun tiba bersama istrinya di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh istri saya, ada perasaan yang agak aneh kurasakan.

Saya tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Hanif dari rumahnya. Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, saya mendekati istri saya dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Hanif juga menarik istrinya dan menciumi bibirnya.

Saya semakin terangsang, Ria juga semakin bergairah. Saya belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Ria sudah telanjang bulat, entah kapan saya menelanjanginya. Sesaat saya merasa bersalah, kenapa saya melakukanhal ini di depan orang lain, tetapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku.

Kuperhatikan tetanggaku Hanif perlahan-lahan mulai dudukin Icha di meja yang ada di depan kami. Tidak lama kemudia Hanif-pun mengangkat rok yang dikenakan istrinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Saya semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku.


Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya saya sudah menikmati permainan itu.
Icha juga tinggal hanya mengenakan Bra dan CD (celana dalam)nya saja. Saat itu Icha masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang. Perlahan-lahan Hanif membuka Bra Icha, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penghalangnya terbuka. Kegilaan apa lagi ini, ucap dalam hatiku.

Karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat istri saya yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Hanif. Kemudian kudekati Icha yang kini tinggal hanya mengenakan CD (celana dalam).

Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamsaya melakukannya dengan orang lain. Lalu kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Hanif kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Ria yang biasanya saya lah yang melakukannya. Perlahan jari-jariku arahkan kearah mmeknya Icha.

Kuelus bagian itu lubang kenikmatannya, walau masih tertutup CD (celana dalam), tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas CD (celana dalam)nya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Icha ini,


“ Peluk saya Mas... Masss..! ”, maunyaaa Icha seolah sudah siap untuk melakukannya.
Tetapi saya tidak melakukannya. Saya ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Tanpa buang waktu saya mulai memandangi seluruh bagian tubuh Icha yang memang betul-betul sempurna. Biasanya saya hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati.

Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja.
Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam.

“ Sssss… Aghhhhhh…”, desah Icha menikmati.
Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Icha meracau nikmat. Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Icha, kuhisap bagian putingnya, tubuh Icha bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih Penisku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah tsayat lepas.

Posisi Icha sekarang berbaring miring, sementara saya berlutut, sehingga Penisku tepat ke mulutnya.
Perlahan dia mulai menjilati Penisku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat. Icha memasukkan Penisku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir saya tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Hanif dan istri saya seperti membentuk angka 69.


Ria ada di bawah sambil mengulum kemaluan Hanif, sementara Hanif menjilati kemaluan Ria. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukanperjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami. Kini tiga jari kumasukkan ke dalam mmek Icha, dia melenguh hebat hingga Penisku terlepas dari mulutnya.

Gantian saya sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalsaya seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Icha terengah-engah dan menjerit tertahan meminta supaya saya segera memasukkan Penisku pada mmek-nya.

Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya saya dapat memasukkan Penisku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan lubangku menuju liang milik Icha. Ketika kepala Penisku memasuki liang itu, Icha mendesis,

“ Sssssssstttttttt… Aghhhhhh… Oughhhh… nikmatnya… Ughhh… Terus Mas, masukkan lagi, Aghhhh… !!!”, desahnya.

Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika saya melakukannya. Mungkin karena selama ini saya hanya melakukannya dengan istri saya, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Tanganku sekarang sudah meremas payudara Icha dengan lembut.

Mulut Icha-pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Icha nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Icha berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Saat itu saya sudah tidak memperdulikan Hanif dan istri saya lagi.

Saat ini yang ada difikiranku adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Icha. Luar biasa mmek Icha ini, seperti ada vacum cleaner-nya saja di dalamnya. Penisku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Icha merem melek menikmati permainan ini.

Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah. Posisi sekarang berubah, Icha sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan Penisku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran Penisku besar, liang mmek Icha juga semakin kencang.


Kemudian saya posisikan kaki Icha dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya, lalu dengan perlahan kucoba memasukkan torpedoku. Kali ini berhasil, tapi Icha melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong Penisku sambil sesekali menariknya. Mmek Icha terasa kencang sekali. Setelah beberapa saat, tiba-tiba keluarlah lendir kawin Icha membasahi Penisku hingga terasa nikmat sekarang.

Kembali kudorong Penisku dan kutarik sedikit, lalu saya bergoyang semakin lincah, dengan memaju mundurkan pantatku secara konstan. Sepertinya Icha-pun menikmati posisi sex ini. Buah dada Icha bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Icha sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumenNifti apa itu.

Erangannya semakin panjang, kecepatan sodokanku-pun kutambah, dan saat itu goyangan pinggul Icha-pun semakin cepat dan liar. Saat itu tubuhku terasa semakin panas. Saat itu saya merasakan ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa saya menahannya. Sepertinya menjalar menuju Penisku. Saya masih berusaha menahannya.

Dengan cepatnya kemudian saya mencabut Penisku dan mengangkat tubuh Icha ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Icha telentang di bentangan karpet. Secepatnya saya menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak mmek Icha menyembul seakan menantangku kejantananku untuk segera menacapkanya kembali.

Segera kumasukkan koontoolku kedalam lobang mmek Icha sambil menaik turunkan goyanganku seperti di film-film bokep, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut Icha semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulsayakan padanya. Tiba-tiba Icha memelukku sekuat-kuatnya, goyanganku pun semakin menjadi liar.

Saat itu saya-pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari Penisku. Icha menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Icha menjerit kesakitan sambil bergetar hebat. Mulutku terasa asin, ternyata bibir Icha berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai.

Di atas sofa Hanif dan istri saya ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Ria tersenyum puas. Sementara Icha tidak mau melepaskan Penisku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari Penisku masuk ke liang milik Icha. Kulihat Icha tidak memperdulikannya. 

Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya Penisku terlepas dari mmek Icha. Icha tersenyum puas, walau kelelahan saya-pun merasakan kenikmatan tiada tara. Ria juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi. Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku.

Hanif dan Icha sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin saya tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Icha berkunjung ke rumah kami, kebetulan saya tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan istri saya. Seandainya saja saya berada dirumah, pasti saya akan meminta kembali untuk bertukar pasangan dan berhungan sex.

Posting Komentar

0 Komentar