Kata orang bentuk tubuhku mirip salah satu artis yang merawat kulit hingga tak terlihat tua meskipun sudah berumur. Mungkin mereka ada benarnya, tetapi aku memiliki payudara yang lebih besar sehingga terlihat lebih menggairahkan dan semua karunia itu kudapat dengan olahraga yang teratur.
Kira-kira 6 tahun yang lalu waktu umurku masih 40 tahun salah seorang sahabatku menitipkan ponakannya yang akan kuliah didekat rumahku, karena ia teman baikku dan suamiku tidak keberatan akhirnya aku menyetujuinya.
Namanya Berto, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya berisi dan kekar karena Berto seorang atlet dan suka nge gym. Oh ya, Berto ini adalah murid ku waktu SMP, saat itu dia paling suka mengantar anak-anak ku waktu masih kecil. Berto anak yang berbakti dan sopan santun. Jika anak-anak ku berpergian dia selalu menemaninnya. Dalam waktu sebulan saja dia sudah menyatu dengan keluargaku, bahkan suamiku sering mengajaknya main tenis bersama.
Kisah Tante Intan Yang Suka Memancing Nafsu Birahi
Aku juga menjadi terbiasa dengan kehadirannya, awalnya aku sangat menjaga penampilanku bila di depannya. Aku tidak malu lagi mengenakan baju kaos ketat yang bagian dadanya agak rendah, lagi pula Berto memperlihatkan sikap yang wajar jika aku mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku.Sekitar 4 bulan setelah kedatangannya, suamiku mendapat tugas sekolah keluar kota selama 1 bulan. Aku sangat berat melepasnya, karena aku bingung bagaimana menyalurkan kebutuhan sex ku yang masih menggebu-gebu ini. Walau usiaku sudah tidak muda lagi, tapi aku rutin melakukannya dengan suamiku, paling tidak seminggu 2 kali. Mungkin itu karena olahraga yang selalu aku jalankan, sehingga hasrat tubuhku masih seperti anak muda. Dan kini dengan kepergiannya otomatis aku harus menahan diri.
Awalnya biasa saja, tapi karen kesepian yang ku alami semenjak ditinggal suamiku keluar kota itu membuatku menjadi malas dan sering melamun. Hingga suatu hari aku masih belum juga beranjak dari kasur ku walau sudah agak siangan. Saat itu anak anak ku sedang liburan sekolah dan berniat untuk liburan dirumah mertua ku. Sedangkan kedua anakku minta diantar bermalam di rumah nenek nya, sehingga hari ini aku ingin tidur sepuas-puasnya. Setelah makan, aku lalu langsung kembali tidur-tiduran di kamarku. Tak lama terdengar suara pintu yang dibuka.
“Tante Intan ?” Suara Berto berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin erat. Setelah beberapa saat, aku tercekat ketika merasakan sesuatu di pahaku. Kuintip melalui sudut mataku, ternyata Berto sudah berdiri di samping ranjangku, dan matanya sedang tertuju menatap tubuhku, tangannya memegang bagian bawah pakaikanku, aku lupa kalau aku sedang mengenakan baju tidur yang tipis, apa lagi tidur telentang pula. Hatiku menjadi berdebar-debar tak karuan, aku terus berpura-pura tertidur.
“Tante Intan?” Suara Berto terdengar lebih keras, kukira dia ingin memastikan apakah tidurku benar-benar nyenyak atau tidak. Aku memutuskan untuk tetap berpura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sampai keleher. Lalu kurasakan Berto mengelus bibirku, jantungku seperti ingin melompat, aku mencoba tetap tenang agar pemuda itu tidak curiga. Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus lenganku, karena tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. Kuintip lagi, wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tapi aku yakin ia belum tahu kalau aku pura-pura tertidur. Kuatur napas selembut mungkin lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, aku mencoba bertahan, aku ingin tahu apa yang ingin dilakukannya terhadap tubuhku.
Agen Judi Online Terbaik di Indonesia
Tak lama kemudian aku merasakan tangannya meraba dadaku dan perlahan-lahan menjalar ke payudaraku yang masih ditutupin BH berwarna hitam, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap diam sambil menikmati elusannya, lalu aku merasakan buah dadaku mulai diremas-remas, dan aku merasakan seperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, aku sudah lama merindukan sentuhan laki-laki dan melakukan seeks dengan seorang pria. Aku memutuskan tetap diam sampai saatnya tiba. Sekarang tangan Berto sedang berusaha membuka kancing baju tidurku, tak lama kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan mencari putingku. Aku ingin merintih nikmat tapi nanti malah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam.
Kurasakan tangannya gemetar saat memainkan putingku, kulirik pelan, kulihat Berto mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapannya, namun aku terus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna coklat muda sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali.
Tangan kanan Berto mulai menelusuri selangkanganku, kurasakan jarinya meraba vaginaku yang masih tertutup Sempak berendaku, aku tak tahu apakah vaginaku sudah basah apa belum. Yang jelas jari-jari Berto memainkan lubang vaginaku dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku.
Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari Berto mencoba memasuki lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali. Aku harus mengakhiri Sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku sambil menyentakkan tubuhku.
“Berto ! Ngapain kamu?” Aku berusaha bangun duduk, tapi tangan Berto menekan pundakku dengan keras. Tiba-tiba Berto mencium mulutku dengan cepat, aku berusaha memberontak dengan mengerahkan seluruh tenagaku. Tapi Berto makin keras menekan pundakku, malah sekarang pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang kekar dan berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, tapi aku pura-pura menolak.
“Tan, maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya Tante.” Berto melepaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan meminta.
“Kamu kan bisa dengan teman-teman kamu yang masih muda. Tante kan sudah tua,” Ujarku lembut.
“Tapi saya sudah tergila-gila dengan Tante Intan. Waktu masih guruku saya sering mengintip BH yang Tante gunakan. Saya akan memuaskan Tante sepuas-puasnya,” jawab Berto .
“Ah kamu.. Ya sudah terserah kamu sajalah.” Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah tidak tahan ingin dijamah olehnya.
Berto melumat bibirku dan pelan-pelan aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya meremas-remas pantatku. Untuk membuatnya semakin membara, aku minta izin ke WC yang ada di dalam kamar tidurku. Di dalam kamar mandi, kubuka semua pakaian yang ada di tubuhku, kupandangi badanku di cermin. Benarkah pemuda seperti Berto terangsang melihat tubuhku ini? Peduli amat yang penting aku ingin merasakan bagaimana sih bercinta dengan remaja yang masih panas.
Keluar dari kamar mandi, matanya terbeliak melihat tubuh sintalku yang tidak tertutup sehelai benang pun.
“Body Tante bagus banget.” dia memuji sembari mengecup puting susuku yang sudah mengeras sedaritadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu.
“Tante hebat,” desisnya.
“Apanya yang hebat?” Tanyaku sambil mengacak-acak rambut Berto yang panjang seleher.
“Badan Tante enggak banyak berubah dibandingkan saya SD dulu,” Katanya sambil terus melumat puting susuku. Nikmat sekali.
“Itu karena Tante teratur olahraga,” jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan
bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. Dibukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sama-sama bugil. Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Berto minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku.
“Masukin aja yuk, Tante sudah ingin ngerasain penis kamu Ber!” Cegahku sambil menciumnya. Berto tersenyum lebar.
“Sudah enggak sabar ya?” godanya.
“Kamu juga sudah enggak kuat kan sebenarnya Ber,” Balasku sambil mencubit perutnya yang berotot.
Berto tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Berto pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang kemaluan Berto yang besar.
Berbeda dengan suamiku, Berto nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.
“Vagina Tante indah , tebel, pasti enak bercinta sama Tante ,” dia berbisik persis di telingaku.
Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Berto , hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku.
Mataku terpejam rapat, seakan tidak dapat lagi membuka. Terasa nafas Berto semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas buah dadaku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi. Lalu, terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah belakang. Oh, My God, dia telah memasukkan rudalnya!
Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Berto memasuki liang vaginaku. Terasa penuh, nikmat luar biasa.
“Oohh..” sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Berto mulai memaju mundurkan roket rudalnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali.
“Saann, penismu enaaak!” kataku setengah menjerit. Berto tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar.
“Oohh Bertooooo!” Berto malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis.
“Aahh, penismu.. Oohh, aarrghh.. Penismuu.. Ooghh!” Berto terus mengenjot-genjot. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Berto sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak.
“Tante mau keluar! Tante mau keluaaar!!” aku menjerit-jerit.
“Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget bercinta sama Tante!” Berto menyodok-nyodok semakin kencang.
“Sodok terus, Saann! Yah, ooohhh, yahh, ugghh!”
“Teruuss.. Arrgghh, Sshh, Ohh, sodok terus penismuuu!”
“Oh, ah, uuugghhh.. ”
“Enaaak, penis kamu enak, penis kamu sedap, yahhh, teruuuss..”
Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Berto , kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme! Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Mungkin sudah beberapa bulan aku tak merasakan kenikmatan seperti ini. Berto mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme. Kuturuti permintaan Berto .
Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. Berto mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam vaginaku. Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup tinggi tadi.
Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Berto dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Berto segera menunduk dan dikecupnya pipiku.
“Ber.. Kamu hebat banget.. Tante kira tadi kamu sudah hampir keluar,” kataku terus terang.
“Emangnya Tante suka kalau aku keluarkan cepat?” jawabnya lembut di telingaku.
Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Berto mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan.
Berto kemaluannya yang luar biasa keras menghujam-hujam vaginaku. Aku mulai mengerang-erang lagi.
“Oorrgghh.. Aahh.. Ennaak.. Penismu enak bangeett.. Berrrrrrr!” Berto tidak bersuara, melainkan mengenjot-genjot semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Berto pun kali ini segera akan mencapai klimaks.
Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumaju mundurkan berlawanan dengan gerakan Berto . Pemuda itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme.
Tiba-tiba Berto menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu ku kangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkat. Berto langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Berto memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang penisnya yang keras menghujam mulut vaginaku yang menganga.
“Aarrgghhh!” aku menjerit.
“Aku hampir keluar!” Berto bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati genjotan-genjotan keras batang kemaluan Berto . Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.
“Terus, Sayang, teruuusss!”desahku.
“Ooohhh, enak sekali, aku keenakan, enak bercinta sama Tante!” Erang Berto .
“Tante juga, Vagina Tante keenakaan!” Balasku.
“Aku sudah hampir keluar, Tan, vagina Tante enak bangeet.”
“Tante juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss, yaah, aku juga mau keluarr!”
“Ah, oh, uughhh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaaar!”
“Yaahh teruuss, sodok teruss! Tante enak, Tante enak, Saann, aku mau keluar, aku mau keluar,
vaginaku keenakan, aku keenakan ‘bercinta’ sama kamu.. Yaahh, teruss, aarrggh, ssshhh, uughhh, aarrrghh!” Tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Berto menekan kuat-kuat, menghujamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.
“Oohhh!” dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu. Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Berto memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sibuk mengatur nafas.
“Enak banget,” bisik Berto beberapa saat kemudian.
“Hmmm,” Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Berto bergerak-gerak di dalam vaginaku.
“Vagina Tante enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu..”
“Apalagi penis kamu, gede, keras, dalemmm.” Berto bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Berto menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku.
Berto lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Berto karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Berto mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata,
“Aku bisa enggak puas-puas bercinta sama Tante. Tante juga suka kan?” Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Berto sebagai jawaban. Alhasil, seharian itu kami bersetubuh lagi. Setelah break sejenak di sore hari malamnya Berto kembali meminta jatah dariku. Sedikitnya malam itu ada 3 ronde tambahan yang kami mainkan dengan entah berapa kali aku mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga.
Hampir tidak tidur sama sekali, tapi aku tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya aku kuyu sekali. Teman-teman banyak yang mengira aku sakit, padahal aku justru sedang happy, sehabis bersetubuh sehari semalam dengan bekas muridku yang perkasa. Sudah seminggu Berto menjadi suamiku. Dan jujur saja aku sangat menikmati kehidupan malamku selama seminggu ini. Berto benar-benar pemuda yang sangat perkasa, selama seminggu ini liang vaginaku selalu disiramnya dengan sperma segar. Dan entah berapa kali aku menahan jeritan karena kenikmatan luar biasa yang ia berikan.
Walaupun malam sudah puas menjilat, menghisap, dan mencium sepasang payudaraku. Berto selalu meremasnya lagi jika ingin berangkat kuliah saat pagi hari, katanya sih buat menambah semangat. Aku tak mau melarang karena aku juga menikmati semua perbuatannya itu, walau akibatnya aku harus merapikan bajuku lagi.
Malam itu sekitar jam setengah 10-an. Setelah menidurkan anakku yang paling bungsu, aku pergi kekamar mandi untuk berganti baju. Berto meminta aku mengenakan pakaian yang biasa aku pergunakan ke sekolah. Setelah selesai berganti pakaian aku lantas keluar dan duduk di depan meja rias. Lalu berdandan seperti yang biasa aku lakukan jika ingin berangkat mengajar ke sekolah. Tak lama kudengar suara ketukan, hatiku langsung bersorak gembira tak sabar menanti permainan apa lagi yang akan dilakukan Berto padaku.
“Masuk.. Nggak dikunci,” panggilku dengan suara halus. Lalu Berto masuk dengan menggunakan T-shirt ketat dan celana putih sependek paha.
“Malam Tan… Sudah siap?” Godanya sambil medekatiku.
“Sudah sayang…” Jawabku sambil berdiri. Tapi Berto menahan pundakku lalu memintaku untuk duduk kembali sambil menghadap ke cermin meja rias. Lalu ia berbisik ke telingaku dengan suara yang halus.
“Tan.. Tante mau tahu nggak dari mana biasanya saya mengintip Tante?”
“Memangnya lewat mana?” Tanyaku sambil membalikkan setengah badan. Dengan lembut ia menyentuh daguku dan mengarahkan wajahku ke meja rias. Lalu sambil mengecup leherku Berto berucap.
“Dari sini bu..” Bisiknya. Dari cermin aku melihat disela-sela kerah baju yang kukenakan agak terbuka sehingga samar-samar terlihat tali BH-ku yang berwarna hitam. Pantas jika sedang mengajar di depan kelas atau mengobrol dengan guru-guru pria di sekolah, terkadang aku merasa pandangan mereka sedang menelanjangi aku. Rupanya pemandangan ini yang mereka saksikan saat itu.
Tapi toh mereka cuma bisa melihat, membayangkan dan ingin menyentuhnya pikirku. Lalu tangan kanan Berto masuk kecelah itu dan mengelus pundakku. Sementara tangan kirinya pelan-pelan membuka kancing bajuku satu persatu. Setelah terbuka semua Berto lalu membuka bajuku tanpa melepasnya. Lalu ia meraih kedua payudaraku yang masih tertutup BH.
“Inilah yang membuat saya selalu mengingat Tante sampai sekarang,” Bisiknya di telingaku sambil meremas kedua susuku yang masih kencang ini. Lalu tangan Berto menggapai daguku dan segera menempelkan bibir hangatnya padaku dengan penuh kasih dan emosinya. Aku tidak tinggal diam dan segera menyambut sapuan lidah Berto dan menyedot dengan keras air liur Berto , kulilitkan lidahku menyambut lidah Berto dengan penuh getaran birahi. Kemudian tangannya yang keras mengangkat tubuhku dan membaringkannya ditengah ranjang.
Ia lalu memandang tubuh depanku yang terbuka, dari cermin aku bisa melihat BH hitam yang transparan dengan “push up bra style”. Sehingga memberikan kesan payudaraku hampir tumpah meluap keluar lebih sepertiganya. Untuk lebih membuat Berto lebih panas, aku lalu mengelus-elus payudaraku yang sebelah kiri yang masih dibalut bra, sementara tangan kiriku membelai vagina yang menyembul mendesak CD-ku, karena saat itu aku mengenakan celana “mini high cut style”.
Berto tampak terpesona melihat tingkahku, lalu ia menghampiriku dan menyambar bibirku yang lembut dan hangat dan langsung melumatnya. Sementara tangan kanan Berto mendarat di sembulan payudara sebelah kananku yang segar, dielusnya lembut, diselusupkan tangannya dalam bra yang hanya 2/3 menutupi payudaraku dan dikeluarkannya buah dadaku.
Ditekan dan dicarinya puting susuku, lalu Berto memilinnya secara halus dan menariknya perlahan. Perlakuannya itu membuatku melepas ciuman Berto dan mendesah, mendesis, menghempaskan kepalaku kekiri dan kekanan. Selepas tautan dengan bibir hangatku, Berto lalu menyapu dagu dan leherku, sehingga aku meracau menerima dera kenikmatan itu.
“Saan.. Saann.. Kenapa kamu yang memberikan kenikmatan ini..” Berto lalu menghentikan kegiatan mulutnya. Tangannya segera membuka kaitan bra yang ada di depan, dengan sekali pijitan jari telunjuk dan Tante jari sebelah kanan Berto , segera dua buah gunung kembarku yang masih kencang dan terawat menyembul keluar menikmati kebebasan alam yang indah. Lalu Berto menempelkan bibir hangatnya pada buah dadaku sebelah kanan, disapu dan dijilatnya sembulan daging segar itu. Secepat itu pula merambatlah lidahnya pada puting coklat muda keras yang segar menantang ke atas. Berto mengulum putingku dengan buas, sesekali digigit halus dan ditariknya dengan gigi.
Aku hanya bisa mengerang dan mengeluh, sambil mengangkat badanku seraya melepaskan baju dan rok kerjaku beserta bra warna hitam yang telah dibuka Berto dan kulemparkan ke kursi rias. Dengan penuh nafsu Berto menyedot buah dadaku yang sebelah kiri, tangan kanannya meraba dan menjalar kebawah sampai dia menyentuh CD ku dan berhenti digundukan nikmat yang penuh menantang segar ke atas. Lalu Berto merabanya ke arah vertikal, dari atas kebawah. Melihat CD-ku yang sudah basah lembab, ia langsung menurunkannya, mendorong dengan kaki kiri dan langsung membuangnya sampai jatuh ke karpet.
Tangan kanan itu segera mengelus dan memberikan sentuhan rangsangan pada vaginaku, dimana bagian atasnya ditumbuhi bulu halus terawat, dibagian belahan vagina bagian bawahnya bersih dan mulus tiada berambut. Rangsangan Berto semakin tajam dan hebat sehingga aku meracau.
“Berto.. Sentuh Tante sayang, buat birahi tante memuncak hari ini.. Pleaase..” Berto segera membuka gundukan tebal vagina milikku lalu mulutnya segera menjulur kebawah dan lidahnya menjulur masuk untuk menyentuh lebih dalam lagi mencari kloritisku yang semakin membesar dan mengeras. Dia menekan dengan penuh nafsu dan lidahnya bergerak liar ke atas dan kebawah. Aku menggelinjang dan teriak tak tahan menahan orgasme yang akan semakin mendesak mencuat bagaikan gunung merapi yang ingin memuntahkan lahar nya. Dengan terengah-engah kudorong pantatku naik, seraya tanganku memegang kepala Berto dan menekannya kebawah sambil mengerang.
“Ber.. Aarghh..” Aku tak kuasa menahannya lagi hingga menjerit saat menerima ledakan orgasme yang pertama, lahar pun meluap menyemprot ke atas hidung Berto yang mancung.
“Saan.. Tante keluaa.. aar.. berr..” vaginaku berdenyut kencang dan mengejanglah tubuhku sambil tetap meracau.
“Saan.. Kamu jago sekali memainkan lidahmu dalam vaginaku sayang.. Cium Tante sayang.”
Berto segera bangkit mendekap erat diatas dadaku yang dalam keadaan oleng menyambut getaran orgasme. Ia lalu mencium mulutku dengan kuatnya dan aku menyambutnya dengan tautan garang, kuserap lidah Berto dalam rongga mulutku yang indah. Tubuhku tergolek tak berdaya sesaat, Berto pun mencumbuku dengan mesra sambil tangannya mengelus-elus seluruh tubuhku yang halus, seraya memberikan kecupan hangat didahi, pipi dan mataku yang terpejam dengan penuh cinta. Dibiarkannya aku menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang hebat.
Setelah merasa aku cukup beristirahat Berto mulai menyentuh dan membelaiku lagi. Aku segera bangkit dan mendorong badan Berto yang berada diatasku. Kudekatkan kepalaku kewajahnya lalu kucium dan kujilati pipinya, kemudian menjalar ke kupingnya. Kumasukkan lidahku ke dalam lubang telinga Berto , sehingga ia meronta menahan gairahnya. Jilatanku makin turun kebawah sampai keputing susu kiri Berto yang berambut, Kubelai dada Berto yang bidang berotot sedang tangan kananku memainkan puting yang satunya lagi.
Mengelinjang Berto mendapat sentuhan yang menyengat dititik rawannya yang merambat gairahnya itu, Berto pun mengerang dan mendesah.
Kegiatanku semakin memanas dengan menurunkan sapuan lidah sambil tanganku merambat keperut. Lalu kumainkan lubang pusar Berto ditekan kebawah dan kesamping terus kulepaskan dan kubelai perut bawah Berto sampai akhirnya kekemaluan Berto membesar dan mengeras. Kuelus lembut dengan jemari lentikku batang kemaluan Berto yang menantang ke atas, berwarna kemerahan kontras dengan kulit Berto yang putih.
Melihat keadaan yang sudah menggairahkan tersebut aku menjadi tak sabar dan segera kutempelkan bibir hangatku ke kepala rudalnya Berto dengan penuh gelora nafsu, kusapu kepala rudalnya dengan cermat, kuhisap lubang air seninya sehingga membuat Berto memutar kepalanya kekiri dan kekanan, mendongkak-dongkakkan kepalanya menahan kenikmatan yang sangat tiada tara, adapun tangannya menjambak kepalaku.
“Tante.. Merasakan kenikmatan yang benar-benar belum tante rasakan dari om kamu. Tante pengen setiap hari melakukan macam ini dengan kamu Ber,” Berto tersenyum.
Hanya lirikan mataku sambil mengedipkannya satu mata ke arah Berto yang sedang kelenjotan. Sukmanya sedang terbang melayang kealam ngeseeks oleh hembusan nafsu birahi yang tinggi. Adapun tanganku memijit dan mengocoknya dengan ritme yang pelan dan semakin cepat, sementara lidahku menjilati seluruh permukaan kepala rudalnya tersebut. Termasuk dibagian urat yang sensitif bagian atas sambil kupijat-pijat dengan penuh nafsu birahi.
Sadar akan keadaan Berto yang semakin mendaki puncak kenikmatan dan aku pun sendiri telah terangsang. Denyutan vaginaku telah mempengaruhi deburan darah tubuhku, kulepaskan kumulan rudalnya Berto dan segera kuposisikan tubuhku diatas tubuh Berto menghadap ke kakinya. Kumasukkan rudalnya Berto yang keras dan menegang ke dalam relung nikmatku. Segera kuputar dan kupompa naik turun sambil menekan dan memijat dengan otot vagina sekuat tenaga. Ritme gerakan pun kutambah sampai kecepatan maksimal.
Berto berteriak, sementara aku pun terfokus menikmati gesekan penis Berto yang lumayan besar dan padat itu. Berto yang menggesek vaginaku berulang kali sehingga merasakan kenikmatan yang tidak bisa kukatakan. Tangan Berto pun tak tinggal diam, diremasnya pantatku yang bulat montok indah, dan dielus-elusnya anusku, sambil menikmati dera goyanganku pada rudalnya. Dan akhirnya kami berdua berteriak.
“Tan.. Berto ngga kuat lagi.. Berto boleh menggoyang Tante yah.. Denyutan di penis berto sudah ngga tertahankan lagi,”
“Tante Emang paling suka memancing nafsu birahi pria yah.. Tante liaarr.. Tante membuat aku sangeee bergejolak.. Aku mau keluarr.” Lalu Berto memintaku untuk memutar badan menghadap pada dirinya dan dibalikkannya tubuhku. Sekarang aku berada dibawah tubuhnya bersandarkan bantal tinggi, lalu Berto menaikkan kedua kakiku kebahunya kemudian ia bersimpuh di depan vaginaku. Sambil mengayun dan memompa rudalnya dengan cepat dan kuat. Aku bisa melihat bagaimana wajah Berto yang tak tahan lagi akan denyutan diujung rudal yang semakin mendesak seakan mau meledak.
“Tante.. Pleaassee.. Aku mau croooodddd!”
“Tungguu Sayang.. Tante juga sudah mau Orgasmee.. Yukkkk Sayang taneee.. Kita sama-sama yaa..” Akhirnya tak tertahankan lagi bendungan Berto , jebol memuncratkan spermanya di dalam vaginaku. Secara bersamaan aku pun mendengus dan meneriakkan erangan kenikmatan.
Setelah itu kami melakukan gaya 69 untuk sama-sama menikmati sisa-sisa yang kami keluarkan bersamaan, hingga kami terlelap.
0 Komentar