Dewasa Punya Cerita
Selingkuh dengan sopir dibalik kesibukan suamiku - SempakBERENDA | Cerita Hot Dewasa | Cerita Malam Pengantin| Pecah Perawan | Cerita ABG | Cerita Porn | Cerita Seks Dewasa – Birahi di dalam MobilSuamiku sebagai seorang usahawan memiliki beberapa usaha di luar kota. Kesibukannya membuat
suamiku selalu jarang berada di ruma. Jika dirumah pun kami jarang mengobrol karena dia sudah kelelahan dan pasti langsung tidur jadi untuk waktu berduaan. Ditambah lagi kedua anak ku sedang liburan kerumah nenek nya diluar kota juga.
Terlebih lagi bila suamiku sedang pergi dengan urusan bisnisnya yang berada di luar kota, bisa meninggalkan aku sampai 2 mingguan lamanya. Aku tidak pernah ikut campur urusan bisnisnya itu
sehingga hari-hariku kuisi dengan jalan-jalan ke mall ataupun pergi ke salon dan terkadang melakukan senam. Sampai suatu hari kesepianku berubah total karena sopirku.
Suatu hari setibanya di rumah dari tempatku senam sopirku tanpa kuduga memperkosaku.
Seperti biasanya begitu aku tiba di dalam rumah, aku langsung membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam rumah dan melangkahkan kakiku menaiki anak tangga yang melingkar menuju lantai dua dimana kamar utama berada.
Begitu kubuka pintu kamar, aku langsung melemparkan tasku ke bangku yang ada di dekat pintu
masuk dan aku langsung melepas pakaian senamku yang berwarna hitam hingga tinggal BH dan celana dalam saja yang masih melekat pada tubuhku. Saat aku berjalan hendak memasuki ruang kamar mandi aku melewati tempat rias kaca milikku. Sesaat aku melihat tubuhku kecermin dan melihat tubuhku sendiri, kulihat betisku yang masih kencang dan berbentuk mirip perut padi, lalu mataku mulai beralih melihat pinggulku yang besar seperti bentuk gitar dengan pinggang yang kecil kemudian aku menyampingkan tubuhku hingga pantatku terlihat masih menonjol dengan kencangnya.
Kemudian kuperhatikan bagian atas tubuhku, buah dadaku yang masih diselimuti BH terlihat jelas lipatan bagian tengah, Terlihat cukup padat berisi serta, “Ouh.. ngapain kamu di sini!” sedikit terkejut ketika aku sedang asyik- asyiknya memandangi kemolekan tubuhku sendiri tiba-tiba saja kulihat dari cermin ada kepalanya Sopirku yang rupanya sedang berdiri di bibir pintu kamarku yang tadi
lupa kututup. “Jangan ngeliatin.. sana cepet keluar!” bentakku dengan marah sambil menutupi bagian tubuhku yang terbuka.
Tetapi Sopirku bukannya mematuhi perintahku malah kakinya melangkah maju satu demi satu masuk kedalam kamar tidurku.
“Arman.. Saya sudah bilang cepat keluar!” bentakku lagi dengan mata melotot.
“Hua.. ha.. ha.. ha..!” suara tawa Sopirku saat melihatku mulai kepepet
“Jangan..!” jeritku, begitu Sopirku yang sudah berjarak satu meteran dariku menerjang tubuhku hingga tubuhku langsung terpental jatuh di atas ranjang dan dalam beberapa detik kemudian tubuh Sopirku langsung menyusul jatuh menindih tubuhku yang telentang.
Aku terus berusaha ngelawan saat Sopirku mulai menggerayangi tubuhku dalam himpitannya. Perlawananku yang terus-menerus dengan menggunakan kedua tangan dan kedua kakiku untuk menendang-nendangnya terus membuat Sopirku juga kewalahan hingga sulit untuk berusaha menciumi aku sampai aku berhasil lepas dari himpitan tubuhnya yang besar dan kekar itu.
Begitu aku mendapat kesempatan untuk mundur dan menjauh dengan membalikkan tubuhku dan berusaha merangkak namun aku masih kalah cepat dengannya, Sopirku berhasil menangkap celana dalamku sambil menariknya hingga tubuhku tersentuh dengan tangan nakalnya,
Dan celana dalam putihku tertarik hingga tubuhku bagian belakang keliatan, Namun aku terus berusaha kembali merangkak ke tengah ranjang untuk menjauhinya.
Lagi-lagi aku kalah kuat dengan Sopirku , dia berhasil menangkap tubuhku lagi namun belum sempat aku bangkit dan berusaha merangkak lagi, tiba-tiba saja pinggulku terasa keram.
“Arman.. Jangan.. jangan.. mas..” kataku berulang-ulang sambil terisak nangis.
Rupanya Sopirku sudah Nafsu berat sehingga dia tidak tau dengan siapa dia berurusan. Setelah melihat tubuhku yang sudah mulai kecapaian dan kehabisan tenaga lalu Sopirku dengan sigapnya menggenggam lengan kananku dan menelikungnya kebelakan tubuhku begitu pula lengan kiriku yang kemudian dia mengikat kedua tanganku kuat-kuat, entah dengan apa dia mengikatnya.
Setelah itu tubuhnya yang masih berada di atas tubuhku berputar menghadap kakiku.
Kurasakan betis kananku digenggamnya kuat-kuat lalu ditariknya hingga menekuk. Lalu kurasakan
pergelangan kaki kananku dililitnya dengan tali. Setelah itu kaki kiriku yang mendapat giliran diikatkannya bersama dengan kaki kananku.
“Saya suka dengan tubuh ibu dan ingin mencicipinya..” bisiknya dekat telingaku.
“Sejak pertama kali saya melamar jadi Sopirku ibu, saya sudah menginginkan mendapatkan kesempatan seperti sekarang ini.” katanya lagi dengan suara nafas yang sudah memburu.
“Tapi saya majikan kamu Man..” kataku mencoba mengingatkan.
“Memang betul bu.. tapi itu waktu jam kerja, sekarang sudah pukul 7 malam berarti saya sudah bebas tugas..” balasnya sambil melepas ikatan tali BH yang kukenakan.
“Hhh mm uuhh,” desah nafasnya memenuhi telingaku.
“Tapi malam ini Bu Citra harus mau melayani saya,” katanya sambil terus mendengus-denguskan hidungnya diseputar telingaku hingga tubuhku merinding dan geli.
Setelah Sopirku melepas pakaiannya sendiri lalu tubuhku dibaliknya hingga telentang. Aku dapat melihat tubuh polosnya itu. Tidak lama kemudian Sopirku menarik kakiku sampai pahaku melekat pada perutku lalu mengikatkan tali lagi pada perutku. Tubuhku kemudian digendongnya dan dibawanya ke pojok bagian kepala ranjang lalu dipangkunya di atas kedua kaki yang diselonjorkan, mirip anak perempuan yang tubuhnya sedang dipeluk ayahnya.
Tangan kirinya menahan pundakku sehingga kepalaku bersandar pada dadanya yang bidang dan terlihat otot dadanya berbentuk dan kencang sedangkan tangan kanannya meremasi, pahaku dan pantatku.
“Arman.. jangan Man.. jangan!” ucapku berulang-ulang dengan nada tak berdaya, lalu mencoba mengingatkan pikirannya. Namun Arman, Sopirku tidak memperdulikan perkataanku
sebaliknya dengan senyum penuh nafsu terus saja meraba-raba tubuhku.
“Ouh.. zzt.. Euh..” desisku panjang dengan tubuh menegang menahan geli serta seperti terkena setrum saat kurasakan tangannya melintasi belahan kedua pahaku.
Apalagi telapak dan jemari tangannya berhenti tepat di tengah-tengah lipatan pahaku.
“Mass.. Eee” rintihku lebih panjang lagi dengan bergetar sambil menutup mata ketika kurasakan jari-jarinya mulai mengelus-elusVagina ku. Tangan nya terus menyentuh dan bergerak dari bawah ke atas lalu kembali turun lagi dan kembali ke atas lagi dengan perlahan sampai beberapa kali. Lalu mulai sedikit iya mulai memasukkan jari-jarinya kedalam lobang Vagina ku, kelaminku yang mulai terasa berdenyut-denyut dan terasa geli.
Jari-jarinya yang terus meraba dan menggelitik-gelitik bagian dalam vaginaku membuat birahiku jadi naik dengan cepatnya, apalagi sudah cukup lama tubuhku tidak pernah mendapatkan kehangatan lagi dari suamiku yang selalu sibuk dan sibuk. Entah siapa yang memulai duluan saat pikiranku sedang melayang kurasakan bibirku sudah beradu dengan bibirnya saling berpagut mesra, menjilat,
mengecup, menghisap liur yang keluar dari dalam mulut masing-masing.
“Ouh.. Mbak Citra.. wajahmu cukup merangsang sekali..!” ucapnya dengan nafasnya yang semakin memburu itu.
Setelah berkata begitu tubuhku ditarik hingga payudara ku yang sudah kenceng itu tepat pada mukanya dan kemudian,
“Ouh.. mas..” rintihku panjang dengan kepala menengadah kebelakan menahan geli bercampur nikmat yang tiada henti setelah mulutnya menyentuh dada ku membuat aku semakin tak berdaya lalu Arma menyedot, memagut, bahkan menggigit-gigit puting nenen ku sambil sekali-kali menarik-narik dengan giginya. Entah mengapa perasaanku saat itu seperti takut, ngeri bahkan sebal bercampur aduk di dalam hati, namun ada perasaan nikmat yang luar biasa sekali seperti hal yang aku inginkan selama ini untuk datang lagi.
Merasuki tubuhku yang sedang dalam keadaan tidak berdaya dan pasrah.
“Bruk..” tiba-tiba tangan Mas Arman melepaskan tubuhku yang sedang menikmati sedalam-dalamnya. Tubuhku yang sedang melambung dan melayang-layang itu hingga tubuhku terjatuh di atas ranjang tidurku.
Kemudian Arman melumatVagina ku buas seperti singa yang kepalaran. Mendapat serangan
seperti itu tubuhku langsung menggelinjang-gelinjang menahan geli bercampur nikmat sampai-sampai kepalaku bergerak menggeleng ke kanan dan ke kiri berulang-ulang.
Cukup lama mulutnya mencumbu dan melumati bibirVagina ku terlebih-lebih pada bagian atas lubang nya yang paling sensitif itu.
“Arman.. sudah.. sudah.. ouh.. ampun Aar.. man..” rintihku panjang dengan tubuh yang mengejang-ngejang menahan geli yang menggelitik bercampur nikmat yang luar biasa rasanya saat itu.
Lalu kurasakan tangannya pun mulai rebutan dengan bibirnya. Kurasakan jarinya dimasukkan kedalam vagina ku hingga sedalam-dalamnya.
“Ouh.. Man..” desisku menikmati alur permainannya yang terus terang belum pernah kudapatkan bahkan dengan suamiku sendiri.
“Eee..” pekikku begitu kurasakan di belahan pangkal pahaku ada benda yang cukup keras dan besar mendesak-desak setengah memaksa masuk belahan bibir vaginaku.
“Tenang sayang.. tenang.. dikit lagi.. dikit lagi..”
“Aah.. sak.. kiit..!” jeritku keras-keras menahan ngilu yang amat sangat sampai-sampai terasa duburku berdenyut- denyut menahan ngilunya.
Agen judi Online Terpercaya
Akhirnya penis nya masuk kedalamVagina ku yang selesai dimainkannya dengan jarinya itu
dan menghembit area vagina ku.
Dengan sengaja arman mendiamkan penis nya didalamVagina ku agar aku bisa mengayunkannya sendiri lalu tidak lama dia mulai mengeluar masukkan penis nya kedalam Vagina ku dan merasakan gesekan penis nya didalam lobang Vagina ku. Makin lama gerakannya semakin cepat dan
cepat sehingga tubuhku semakin berguncang dengan hebatnya sampai,
“Ouhh..” Tiba-tiba suara arman menghepas seperti membutuhkan oksigen yang keluar dari lobangVagina ku dengan diikuti tubuhku yang kaku dan langsung lemas bagaikan tanpa tulang rasanya. Begitu pula dengan tubuh Sopirku yang langsung terhempas kesamping tubuhku.
“Sialan kamu Man!” ucapku memecah kesunyian dengan nada geram.
Setelah beberapa lama aku melepas lelah dan nafasku sudah mulai tenang dan teratur kembali.
“Kamu memang gila man, kamu lupa kalau yang kau ngewek majikanmu
sendiri, tau!” ucapku lagi sambil memandang tubuhnya yang masih terkulai di samping sisiku.
“Bagaimana kalau aku hamil nanti?” ucapku lagi dengan nada kesal.
“Tenang Bu Citra.., saya masih punya pil anti hamil, Bu
Citra.” ucapnya dengan tenang.
“Iya.. tapi kan udah telat!” balasku dengan sinis.
“Tenang bu.. tenang.. setiap pagi ibu kan selalu minum air putih dan selama dua hari sebelumnya saya selalu mencampurkan dengan obatnya jadi Bu Citra enggak usah khawatir bakalan hamil bu,” ucapnya malah lebih tenang lagi.
“Ouh.. jadi kamu sudah merencanakannya, sialan kamu
Man..” ucapku dengan terkejut, ternyata diam-diam Sopirku
sudah lama merencanakannya.
“Bagaimana Bu Citra..?”
“Bagaimana apanya? Sekarang kamu lepasin saya Man..” kataku masih dengan nada kesal dan gemas.
Wajahku langsung merah padam mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Sopirku , namun dalam hati kecilku tidak dapat kutahan kenikmatan ini walaupun tadi dia sudah memperkosa dan menjatuhkan derajatku sebagai majikannya, namun aku sendiri turut menikmatinya bahkan aku sendiri merasakan organsime dua kali.
“Kok ngak dijawab sich!” tanya Sopirku lagi.
“Iya..iya, tapi sekarang lepasin talinya dong Arman!” kataku
dengan menggerutu karena tanganku sudah pegal dan kaku.
“Nanti saja yach! Sekarang kita mandi dulu!” ucapnya sambil langsung menggendong tubuhku dan membawa ke kamar mandi yang berada di kamar ku. Tubuhku yang masih lemah dengan kedua tangan dan kakiku yang masih terikat itu diletakkan di atas lantai keramik berwarna krem muda yang dingin tepat di bawah pancuran shower yang tergantung di dinding.
Setelah itu Sopirku menyalakan lampu kamar mandiku dan menyalakan kran air hingga tubuhku basah oleh guyuran air dingin yang turun dari atas pancuran shower itu. Melihat tubuhku yang sudah basah dan terlihat mengkilat oleh pantulan lampu kamar mandi lalu Arman Sopirku
berjongkok dekatku dan kemudian duduk di sampingku hingga tubuhnya pun turut basah oleh air yang turun dari atas.
Mata Sopirku yang memandangiku seperti terlihat lain dari biasanya, dia mulai mengusap rambutku yang basah ke belakang dengan penuh sayang seperti sedang menyayang seorang anak kecil. Lalu diambilnya sabun cair yang ada di dalam botol dan menumpahkan pada tubuhku lalu dia mulai menggosok-gosok tubuhku dengan telapak tangannya.
Pinggulku, perutku lalu naik ke atas lagi ke payudara kiri dan kemudian ke sebelah kanannya lagi. Tangannya yang terasa kasar itu terus menggosok dan menggosok sambil bergerak berputar
seperti sedang memoles mobil dengan cairan pelicin. Sesekali dia meremas dengan lembut buah dada dan punting susuku hingga aku merasa geli dibuatnya, lalu naik lagi di atas buah dadaku, pundakku, leherku lalu ke bahuku, kemudian turun lagi ke lenganku.
“Ah.. mas..” pekikku ketika tangannya kembali turun dan turun lagi hingga telapak tangannya menyentuhVaginaku.
Kurasakan telapak tangannya menggosok-gosok lobangVagina ku naik turun dan kemudian membelah bibir vaginaku dengan jari tangannya saat menyabuni tubuhku dan dia kembali menggosok-gosokkannya hingga sabun cair itu menjadi semakin berbusa.
Setelah memandikan tubuhku lalu dia pun membasuh tubuhnya sendiri sambil membiarkan tubuhku tetap bersandar di bawah pancuran shower.
Usai membersihkan badan, Sopirku lalu menggendongku keluar kamar mandi dan menghempaskan tubuhku yang masih basah itu ke atas kasur tanpa melap tubuhku terlebih dahulu.
“Saya akan bawakan makanan ke sini yach!” ucapnya sambil Sopirku melilit handuk yang biasa kupakai kepinggangnya lalu ngeloyor ke luar kamarku tanpa sempat untuk aku berbicara. Sudah tiga tahun lebih aku tidak pernah merasakan kehangatan yang demikian memuncak, karena keegoisan suamiku yang selalu sibuk dengan pekerjaan.
Memang dalam hal keuangan aku tidak pernah kekurangan. Apapun yang aku mau pasti kudapatkan, namun untuk urusan kewajiban suami terhadap istrinya sudah lama tidak kudapatkan lagi.
Entah mengapa perasaanku saat ini seperti ada rasa sedang, gembira atau.. entah apalah namanya. Yang pasti hatiku yang selama ini terasa berat dan bosan hilang begitu saja walaupun dalam hati kecilku juga merasa malu, benci, sebal dan kesal.
Sopirku cukup lama meninggalkan diriku sendirian, namun waktu kembali rupanya dia
membawakan masakan nasi goreng dengan telor yang masih hangat serta segelas minuman kesukaanku. Lalu tubuhku disandarkan pada teralis ranjang.
“Biar saya yang suapin Bu Citra yach!” ucapnya sambil menyodorkan sesendok nasi goreng yang dibuatnya.
“Kamu yang masak Man!” tanyaku ingin tahu.
“Iya, lalu siapa lagi yang masak kalau bukan saya, kan di rumah cuma tinggal kita berdua, si Wati kan udah saya suruh pulang duluan sebelum hujan tadi turun!” kata Sopirku .
“Ayo dicicipi!” katanya lagi.
Mulanya aku ragu untuk mencicipi nasi goreng buatannya, namun perutku yang memang sudah terasa lapar, akhirnya kumakan juga sesendok demi sesendok. Tidak kusangka nasi goreng buatannya cukup lumanyan juga rupanya. Tanpa terasa nasi goreng di piring dapat kuhabisi juga.
“Bolehkan saya memanggil Bu Citra dengan sebutan mbak?” tanyanya sambil membasuh mulutku dengan tissue.
“Boleh saja, memang kenapa?” tanyaku.
“Engga apa-apa, biar enak aja kedengaran di kupingnya.” Kalau saya boleh manggil Mbak Citra, berarti Bu Citra eh.. salah maksudnya Mbak Citra , panggil saya Mas aja yach!” celetuknya meminta.
“Terserah kamu saja ” kataku.
“Sudah nggak lemas lagi kan Mbak Citra!” sahut Sopirku .
“Memang kenapa!?” tanyaku.
“Masih kuatkan?” tanyanya lagi dengan senyum binal sambil mulai meraba-raba tubuhku kembali.
Aku tidak memberi jawaban lagi, hanya menunduk malu, tadi waktu dia memaksaku malah membuatku puas disetubuhinya apalagi untuk babak yang kedua kataku dalam hati.
Sejujurnya aku tidak rela tubuhku disentuh oleh pria lain namun aku tidak mampu untuk menolak permintaannya yang membuat tubuhku dapat melayang-layang di udara
seperti dulu saat aku pertama kali menikah dengan suamiku
“silakan ibu teriak sekuatnya, hujan di luar akan tidak akan kedengaran suara ibu!” ucapnya dengan matanya menatap tajam padaku.
Sepintas kulihat celah jendela yang berada di sampingku dan ternyata memang hujan sedang turun dengan lebat, memang ruang kamar tidurku cukup rapat jendela- jendelanya hingga hujan turun pun takkan terdengar hanya saja di luar sana kulihat dedaunan dan ranting pohon bergoyang tertiup angin kesana kemari. Detik demi detik tubuh Sopirku semakin dekat dan terus melangkah menghampiriku. Terasa jantungku semakin berdetak kencang dan tubuhku semakin menggigil karenanya. Aku pun mulai mundur teratur selangkah demi selangkah, aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu
sampai akhirnya kakiku tersenggol ranjangku dan aku terjatuh
.
“Mas.. jangan!” kataku dengan suara gemetar.
Sepintas kulihat celah jendela yang berada di sampingku dan ternyata memang hujan sedang turun dengan lebat, memang ruang kamar tidurku cukup rapat jendela- jendelanya hingga hujan turun pun takkan terdengar hanya saja di luar sana kulihat dedaunan dan ranting pohon bergoyang tertiup angin kesana kemari. Detik demi detik tubuh Sopirku semakin dekat dan terus melangkah menghampiriku. Terasa jantungku semakin berdetak kencang dan tubuhku semakin menggigil karenanya. Aku pun mulai mundur teratur selangkah demi selangkah, aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu
sampai akhirnya kakiku tersenggol ranjangku dan aku terjatuh
.
“Mas.. jangan!” kataku dengan suara gemetar.
“Hua.. ha.. ha.. ha..!” suara tawa Sopirku saat melihatku mulai kepepet
“Jangan..!” jeritku, begitu Sopirku yang sudah berjarak satu meteran dariku menerjang tubuhku hingga tubuhku langsung terpental jatuh di atas ranjang dan dalam beberapa detik kemudian tubuh Sopirku langsung menyusul jatuh menindih tubuhku yang telentang.
Aku terus berusaha ngelawan saat Sopirku mulai menggerayangi tubuhku dalam himpitannya. Perlawananku yang terus-menerus dengan menggunakan kedua tangan dan kedua kakiku untuk menendang-nendangnya terus membuat Sopirku juga kewalahan hingga sulit untuk berusaha menciumi aku sampai aku berhasil lepas dari himpitan tubuhnya yang besar dan kekar itu.
Begitu aku mendapat kesempatan untuk mundur dan menjauh dengan membalikkan tubuhku dan berusaha merangkak namun aku masih kalah cepat dengannya, Sopirku berhasil menangkap celana dalamku sambil menariknya hingga tubuhku tersentuh dengan tangan nakalnya,
Dan celana dalam putihku tertarik hingga tubuhku bagian belakang keliatan, Namun aku terus berusaha kembali merangkak ke tengah ranjang untuk menjauhinya.
Lagi-lagi aku kalah kuat dengan Sopirku , dia berhasil menangkap tubuhku lagi namun belum sempat aku bangkit dan berusaha merangkak lagi, tiba-tiba saja pinggulku terasa keram.
“Arman.. Jangan.. jangan.. mas..” kataku berulang-ulang sambil terisak nangis.
Rupanya Sopirku sudah Nafsu berat sehingga dia tidak tau dengan siapa dia berurusan. Setelah melihat tubuhku yang sudah mulai kecapaian dan kehabisan tenaga lalu Sopirku dengan sigapnya menggenggam lengan kananku dan menelikungnya kebelakan tubuhku begitu pula lengan kiriku yang kemudian dia mengikat kedua tanganku kuat-kuat, entah dengan apa dia mengikatnya.
Setelah itu tubuhnya yang masih berada di atas tubuhku berputar menghadap kakiku.
Kurasakan betis kananku digenggamnya kuat-kuat lalu ditariknya hingga menekuk. Lalu kurasakan
pergelangan kaki kananku dililitnya dengan tali. Setelah itu kaki kiriku yang mendapat giliran diikatkannya bersama dengan kaki kananku.
“Saya suka dengan tubuh ibu dan ingin mencicipinya..” bisiknya dekat telingaku.
“Sejak pertama kali saya melamar jadi Sopirku ibu, saya sudah menginginkan mendapatkan kesempatan seperti sekarang ini.” katanya lagi dengan suara nafas yang sudah memburu.
“Tapi saya majikan kamu Man..” kataku mencoba mengingatkan.
“Memang betul bu.. tapi itu waktu jam kerja, sekarang sudah pukul 7 malam berarti saya sudah bebas tugas..” balasnya sambil melepas ikatan tali BH yang kukenakan.
“Hhh mm uuhh,” desah nafasnya memenuhi telingaku.
“Tapi malam ini Bu Citra harus mau melayani saya,” katanya sambil terus mendengus-denguskan hidungnya diseputar telingaku hingga tubuhku merinding dan geli.
Setelah Sopirku melepas pakaiannya sendiri lalu tubuhku dibaliknya hingga telentang. Aku dapat melihat tubuh polosnya itu. Tidak lama kemudian Sopirku menarik kakiku sampai pahaku melekat pada perutku lalu mengikatkan tali lagi pada perutku. Tubuhku kemudian digendongnya dan dibawanya ke pojok bagian kepala ranjang lalu dipangkunya di atas kedua kaki yang diselonjorkan, mirip anak perempuan yang tubuhnya sedang dipeluk ayahnya.
Tangan kirinya menahan pundakku sehingga kepalaku bersandar pada dadanya yang bidang dan terlihat otot dadanya berbentuk dan kencang sedangkan tangan kanannya meremasi, pahaku dan pantatku.
“Arman.. jangan Man.. jangan!” ucapku berulang-ulang dengan nada tak berdaya, lalu mencoba mengingatkan pikirannya. Namun Arman, Sopirku tidak memperdulikan perkataanku
sebaliknya dengan senyum penuh nafsu terus saja meraba-raba tubuhku.
“Ouh.. zzt.. Euh..” desisku panjang dengan tubuh menegang menahan geli serta seperti terkena setrum saat kurasakan tangannya melintasi belahan kedua pahaku.
Apalagi telapak dan jemari tangannya berhenti tepat di tengah-tengah lipatan pahaku.
“Mass.. Eee” rintihku lebih panjang lagi dengan bergetar sambil menutup mata ketika kurasakan jari-jarinya mulai mengelus-elus
Jari-jarinya yang terus meraba dan menggelitik-gelitik bagian dalam vaginaku membuat birahiku jadi naik dengan cepatnya, apalagi sudah cukup lama tubuhku tidak pernah mendapatkan kehangatan lagi dari suamiku yang selalu sibuk dan sibuk. Entah siapa yang memulai duluan saat pikiranku sedang melayang kurasakan bibirku sudah beradu dengan bibirnya saling berpagut mesra, menjilat,
mengecup, menghisap liur yang keluar dari dalam mulut masing-masing.
“Ouh.. Mbak Citra.. wajahmu cukup merangsang sekali..!” ucapnya dengan nafasnya yang semakin memburu itu.
Setelah berkata begitu tubuhku ditarik hingga payudara ku yang sudah kenceng itu tepat pada mukanya dan kemudian,
“Ouh.. mas..” rintihku panjang dengan kepala menengadah kebelakan menahan geli bercampur nikmat yang tiada henti setelah mulutnya menyentuh dada ku membuat aku semakin tak berdaya lalu Arma menyedot, memagut, bahkan menggigit-gigit puting nenen ku sambil sekali-kali menarik-narik dengan giginya. Entah mengapa perasaanku saat itu seperti takut, ngeri bahkan sebal bercampur aduk di dalam hati, namun ada perasaan nikmat yang luar biasa sekali seperti hal yang aku inginkan selama ini untuk datang lagi.
Merasuki tubuhku yang sedang dalam keadaan tidak berdaya dan pasrah.
“Bruk..” tiba-tiba tangan Mas Arman melepaskan tubuhku yang sedang menikmati sedalam-dalamnya. Tubuhku yang sedang melambung dan melayang-layang itu hingga tubuhku terjatuh di atas ranjang tidurku.
Kemudian Arman melumat
seperti itu tubuhku langsung menggelinjang-gelinjang menahan geli bercampur nikmat sampai-sampai kepalaku bergerak menggeleng ke kanan dan ke kiri berulang-ulang.
Cukup lama mulutnya mencumbu dan melumati bibir
“Arman.. sudah.. sudah.. ouh.. ampun Aar.. man..” rintihku panjang dengan tubuh yang mengejang-ngejang menahan geli yang menggelitik bercampur nikmat yang luar biasa rasanya saat itu.
Lalu kurasakan tangannya pun mulai rebutan dengan bibirnya. Kurasakan jarinya dimasukkan kedalam vagina ku hingga sedalam-dalamnya.
“Ouh.. Man..” desisku menikmati alur permainannya yang terus terang belum pernah kudapatkan bahkan dengan suamiku sendiri.
“Sabar Mbak.., saya suka sekali dengan lendirmu!” suara Sopirku yang setengah bergumam sambil terus menjilat dan menghisap-hisap tanpa hentinya sampai beberapa menit lagi lamanya.
Setelah puas vagina ku dimainkannya dengan bibir nya yang nakal itu, si Arman lalu mendekati
wajahku sambil meremas-remas buah dadaku yang sudah kencang.
“Bu Citra .., saya entot sekarang ya..” bisiknya lebih pelan lagi dengan nafas yang sudah mendesah.
wajahku sambil meremas-remas buah dadaku yang sudah kencang.
“Bu Citra .., saya entot sekarang ya..” bisiknya lebih pelan lagi dengan nafas yang sudah mendesah.
“Eee..” pekikku begitu kurasakan di belahan pangkal pahaku ada benda yang cukup keras dan besar mendesak-desak setengah memaksa masuk belahan bibir vaginaku.
“Tenang sayang.. tenang.. dikit lagi.. dikit lagi..”
“Aah.. sak.. kiit..!” jeritku keras-keras menahan ngilu yang amat sangat sampai-sampai terasa duburku berdenyut- denyut menahan ngilunya.
Agen judi Online Terpercaya
Akhirnya penis nya masuk kedalam
dan menghembit area vagina ku.
Dengan sengaja arman mendiamkan penis nya didalam
cepat sehingga tubuhku semakin berguncang dengan hebatnya sampai,
“Ouhh..” Tiba-tiba suara arman menghepas seperti membutuhkan oksigen yang keluar dari lobang
“Sialan kamu Man!” ucapku memecah kesunyian dengan nada geram.
Setelah beberapa lama aku melepas lelah dan nafasku sudah mulai tenang dan teratur kembali.
“Kamu memang gila man, kamu lupa kalau yang kau ngewek majikanmu
sendiri, tau!” ucapku lagi sambil memandang tubuhnya yang masih terkulai di samping sisiku.
“Bagaimana kalau aku hamil nanti?” ucapku lagi dengan nada kesal.
“Tenang Bu Citra.., saya masih punya pil anti hamil, Bu
Citra.” ucapnya dengan tenang.
“Iya.. tapi kan udah telat!” balasku dengan sinis.
“Tenang bu.. tenang.. setiap pagi ibu kan selalu minum air putih dan selama dua hari sebelumnya saya selalu mencampurkan dengan obatnya jadi Bu Citra enggak usah khawatir bakalan hamil bu,” ucapnya malah lebih tenang lagi.
“Ouh.. jadi kamu sudah merencanakannya, sialan kamu
Man..” ucapku dengan terkejut, ternyata diam-diam Sopirku
sudah lama merencanakannya.
“Bagaimana Bu Citra..?”
“Bagaimana apanya? Sekarang kamu lepasin saya Man..” kataku masih dengan nada kesal dan gemas.
“Maksudnya, tadi waktu di Entotin enak kan?” tanyanya lagi sambil membelai rambutku.
Wajahku langsung merah padam mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Sopirku , namun dalam hati kecilku tidak dapat kutahan kenikmatan ini walaupun tadi dia sudah memperkosa dan menjatuhkan derajatku sebagai majikannya, namun aku sendiri turut menikmatinya bahkan aku sendiri merasakan organsime dua kali.
“Kok ngak dijawab sich!” tanya Sopirku lagi.
“Iya..iya, tapi sekarang lepasin talinya dong Arman!” kataku
dengan menggerutu karena tanganku sudah pegal dan kaku.
“Nanti saja yach! Sekarang kita mandi dulu!” ucapnya sambil langsung menggendong tubuhku dan membawa ke kamar mandi yang berada di kamar ku. Tubuhku yang masih lemah dengan kedua tangan dan kakiku yang masih terikat itu diletakkan di atas lantai keramik berwarna krem muda yang dingin tepat di bawah pancuran shower yang tergantung di dinding.
Setelah itu Sopirku menyalakan lampu kamar mandiku dan menyalakan kran air hingga tubuhku basah oleh guyuran air dingin yang turun dari atas pancuran shower itu. Melihat tubuhku yang sudah basah dan terlihat mengkilat oleh pantulan lampu kamar mandi lalu Arman Sopirku
berjongkok dekatku dan kemudian duduk di sampingku hingga tubuhnya pun turut basah oleh air yang turun dari atas.
Mata Sopirku yang memandangiku seperti terlihat lain dari biasanya, dia mulai mengusap rambutku yang basah ke belakang dengan penuh sayang seperti sedang menyayang seorang anak kecil. Lalu diambilnya sabun cair yang ada di dalam botol dan menumpahkan pada tubuhku lalu dia mulai menggosok-gosok tubuhku dengan telapak tangannya.
Pinggulku, perutku lalu naik ke atas lagi ke payudara kiri dan kemudian ke sebelah kanannya lagi. Tangannya yang terasa kasar itu terus menggosok dan menggosok sambil bergerak berputar
seperti sedang memoles mobil dengan cairan pelicin. Sesekali dia meremas dengan lembut buah dada dan punting susuku hingga aku merasa geli dibuatnya, lalu naik lagi di atas buah dadaku, pundakku, leherku lalu ke bahuku, kemudian turun lagi ke lenganku.
“Ah.. mas..” pekikku ketika tangannya kembali turun dan turun lagi hingga telapak tangannya menyentuh
Kurasakan telapak tangannya menggosok-gosok lobang
Setelah memandikan tubuhku lalu dia pun membasuh tubuhnya sendiri sambil membiarkan tubuhku tetap bersandar di bawah pancuran shower.
Usai membersihkan badan, Sopirku lalu menggendongku keluar kamar mandi dan menghempaskan tubuhku yang masih basah itu ke atas kasur tanpa melap tubuhku terlebih dahulu.
“Saya akan bawakan makanan ke sini yach!” ucapnya sambil Sopirku melilit handuk yang biasa kupakai kepinggangnya lalu ngeloyor ke luar kamarku tanpa sempat untuk aku berbicara. Sudah tiga tahun lebih aku tidak pernah merasakan kehangatan yang demikian memuncak, karena keegoisan suamiku yang selalu sibuk dengan pekerjaan.
Memang dalam hal keuangan aku tidak pernah kekurangan. Apapun yang aku mau pasti kudapatkan, namun untuk urusan kewajiban suami terhadap istrinya sudah lama tidak kudapatkan lagi.
Entah mengapa perasaanku saat ini seperti ada rasa sedang, gembira atau.. entah apalah namanya. Yang pasti hatiku yang selama ini terasa berat dan bosan hilang begitu saja walaupun dalam hati kecilku juga merasa malu, benci, sebal dan kesal.
Sopirku cukup lama meninggalkan diriku sendirian, namun waktu kembali rupanya dia
membawakan masakan nasi goreng dengan telor yang masih hangat serta segelas minuman kesukaanku. Lalu tubuhku disandarkan pada teralis ranjang.
“Biar saya yang suapin Bu Citra yach!” ucapnya sambil menyodorkan sesendok nasi goreng yang dibuatnya.
“Kamu yang masak Man!” tanyaku ingin tahu.
“Iya, lalu siapa lagi yang masak kalau bukan saya, kan di rumah cuma tinggal kita berdua, si Wati kan udah saya suruh pulang duluan sebelum hujan tadi turun!” kata Sopirku .
“Ayo dicicipi!” katanya lagi.
Mulanya aku ragu untuk mencicipi nasi goreng buatannya, namun perutku yang memang sudah terasa lapar, akhirnya kumakan juga sesendok demi sesendok. Tidak kusangka nasi goreng buatannya cukup lumanyan juga rupanya. Tanpa terasa nasi goreng di piring dapat kuhabisi juga.
“Bolehkan saya memanggil Bu Citra dengan sebutan mbak?” tanyanya sambil membasuh mulutku dengan tissue.
“Boleh saja, memang kenapa?” tanyaku.
“Engga apa-apa, biar enak aja kedengaran di kupingnya.” Kalau saya boleh manggil Mbak Citra, berarti Bu Citra eh.. salah maksudnya Mbak Citra , panggil saya Mas aja yach!” celetuknya meminta.
“Terserah kamu saja ” kataku.
“Sudah nggak lemas lagi kan Mbak Citra!” sahut Sopirku .
“Memang kenapa!?” tanyaku.
“Masih kuatkan?” tanyanya lagi dengan senyum binal sambil mulai meraba-raba tubuhku kembali.
Aku tidak memberi jawaban lagi, hanya menunduk malu, tadi waktu dia memaksaku malah membuatku puas disetubuhinya apalagi untuk babak yang kedua kataku dalam hati.
Sejujurnya aku tidak rela tubuhku disentuh oleh pria lain namun aku tidak mampu untuk menolak permintaannya yang membuat tubuhku dapat melayang-layang di udara
seperti dulu saat aku pertama kali menikah dengan suamiku
Dapatkan Bonus menarik dari Domino757 untuk kalian yang bergabung dan bermain Disitus Terbaik Kami.
- Bonus Refferal 20% yang berlaku SEUMUR HIDUP
- Bonus Cashback 0.3% Dibagikan 2x dalam 1 Minggu
Segera daftarkan dan menangkan jutaan kesempatan menang didalam Domino757. Bermain judi didalam Domino757 yang pasti menang tentunya tidak akan anda lewatkan bukan ? Segera saja daftarkan diri anda didalam Domino757 dan segera menangkan permainannya.
WECHAT: domino757
LINE: domino757
Whatsapp: +85516499827
Telegram: +85516499827
Livechat : https://lc.chat/now/6558251/
LINE: domino757
Whatsapp: +85516499827
Telegram: +85516499827
Livechat : https://lc.chat/now/6558251/
0 Komentar